Tak Repon Keluhan Dampak Lingkungan Zaratex NV Terancam Diusir

24 Mei 2012 · Posted in , ,


Aceh Utara - Masyarakat Kecamatan Sawang, Aceh Utara, mengeluhkan dampak lingkungan buruk yang ditimbulkan oleh PT. Zaratex saat melakukan survey sismic 2D Zaratex NV di lahan warga dengan cara mengebom menggunakan Dynamid TNT C4 (peledak dynamid fase survey seismis 2D). Akibatnya ledakan untuk mendeteksi keberadaan kandungan condesat dan gas tersebut puluhan rumah warga dilaporkan rusak.

Masyarakat yang menjadi korban ledakan Dynamid TNT C4 menuntut pihak PT. Zaratex untuk memberikan kompensasi dua kali, harus dinaikkan hingga 200 %, sesudah dan sebelum peledakan dinamid. Sementara informasi yang diterima The Globe Journal, Kamis (24/5) dari berbagai sumber, rumah warga rusak seperti amblasnya teras rumah, pondasi rumah retak, dapur nyaris amblas dan sumur juga ikut retak. 

Adapun nama-nama korban yang rumahnya rusak yaitu Adnani, H. Bukhari, Sudirman, Hj. Nurhasanah, Polem, M.Yusuf, Ahmad, Taufik, Tgk. Ibrahim, Murdani, H.Nikmat, Mahyeddin, dan M.Nasir. Salah seorang warga yang rumahnya rusak, Mahyeddin (54) di Desa Paloh Mampre, mengatakan, pondasi dan tiang rumahnya retak akibat ledakan dynamid milik perusahaan besar itu. Hal senada juga dikatakan oleh Adnani (52) warga Meunasah Meucat, ia mengaku bahwa teras rumahnya ikut amblas.

Sementara itu, masyarakat mengancam akan usir perusahaan Zaratex dan melarang kegiatan survei sebelum tuntutan masyarakat di penuhi. "Zaratex dinilai sama sekali tidak merespon nasib warga yang terkena imbas ledakan dinamid. Lagi pula, kerusakan yang dialami warga dengan kompensasi tidak sebanding. Untuk itu diharapkan Zaratex mampu memenuhi permintaan warga,'' pinta Isbahannur, selaku Koordinator Tim Advokasi Aceh Liberation Front (ALF-PASEE) kepada The Globe Journal via handphone.

Hingga berita ini diturunkan yang ketiga kalinya, Humas Pusat PT. Zaratex, Eri Wahab sama sekali belum bisa dimintai keterangan. Saat di hubungi dan SMS, Eri Wahab tak mengangkat panggilan dan tak membalas SMS dari The Globe Journal.

Diberdayakan oleh Blogger.

Pengikut