Pengungsi Tangse Membutuhkan Selimut

28 Feb 2012 · Posted in ,

Banjir Isolasi 22 Desa di Tangse
Foto Media Indonesia
Banda Aceh - Warga korban banjir bandang Tangse, Pidie, Aceh, yang kini tinggal di pengungsian membutuhkan bantuan selimut, susu bayi, dan tikar, serta pakaian. Tak hanya rumah, korban banjir juga kehilangan kebun dan sawah.

Mereka berharap ada bantuan ekonomi guna memenuhi nafkah setelah masa tanggap darurat berakhir.



Sejumlah pengungsi banjir Tangse yang semula tinggal di tenda pengungsian yang dibuat oleh organisasi sosial, dinas sosial, kepolisian, maupun Palang Merah Indonesia (PMI), terpaksa harus berpindah ke rumah-rumah warga. Pasalnya, setiap hujan datang, tenda pengungsian basah. Apalagi, banyak pengungsi tak memiliki tilam atau tikar, serta selimut untuk menghalau dingin.

"Barang-barang kami sudah hilang terbawa banjir. Hanya ada satu selimut, padahal saya mengungsi bersama anak-anak. Sampai saat ini belum ada bantuan selimut. Tikar pun sudah basah terkena hujan," ujar Nurbaiti (50), warga Blang Maloe, yang mengungsi di areal pengungsian Puskesmas Blang Maloe, Selasa (28/2/2012).

Di areal belakang Puskesmas Blang Maloe dibangun sebuah tenda pengungsian yang dapat memuat 22 orang oleh Dinas Sosial Pidie sejak Minggu lalu. Namun, sejak Senin kemarin tenda tersebut kosong dan hanya menjadi tempat bermain anak-anak. Kaum perempuan dan anak-anak pengungsi yang semula tinggal di tenda tersebut memilih pindah ke rumah-rumah warga terdekat. Pasalnya, lantai tenda basah, sementara jumlah tikar tak memadai.

"Banyak anak-anak dan orangtua di sini. Di tenda dingin dan tikar tidak cukup. Banyak yang masuk angin. Yang paling kasihan yang balita. Walaupun harus berjejalan para pengungsi ini terpaksa saya tampung di rumah saya," ujar Nurjani (42), warga Blang Maloe.

Untuk kebutuhan makan dan minum, para pengungsi sudah mendapatkan cukup bantuan dari dapur-dapur umum yang dibuka di dekat pengungsian. Selain dari Dinas Sosial Pidie, dapur umum itu juga diupayakan oleh Palang Merah Indonesia, sejumlah perusahaan perbankan, dan kepolisian setempat.

Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pidie, ada 37 rumah yang hilang dan rusak berat dalam bencana banjir bandang Tangse yang terjadi Sabtu (25/2) lalu. Para penghuninya kini terpaksa mengungsi.

Selain itu, ada 287 rumah yang rusak ringan. Namun menurut Sekretaris Daerah Kabupaten Pidie, M Iriawan, jumlah keluarga yang mengungsi lebih dari jumlah rumah yang rusak atau hilang. Mereka berasal dari Blang Malo (350 kepala keluarga atau 1,400 jiwa, Alue Calong (193 keluarga atau 803 jiwa), Blang Seuke (215 keluarga atau 953 jiwa), Desa Blang Maloe serta Pulo Pante (149 jiwa atau 45 KK).  
Sebagaimana kita ketahui akibat banjir bandang serta tanah longsor yang melanda sebagian besar kawasan Kecamatan Tangse, Sabtu (25/2) sekitar pukul 06.00 sore, mengakibatkan tiga kecamatan terisolasi dari Kota Sigli, ibukota Kabupaten Pidie, Aceh.

Kawasan yang terisolasi itu adalah Kecamatan Tangse, Mane, dan Kecamatan Gempang. Berdasarkan pantauan Media Indonesia, Minggu (26/2), dari jumlah 27 desa di Kecamatan Tangse, 22 desa di antaranya masih terisolasi. 

Sementara kawasan paling parah dilanda bencana banjir bandang tersebut adalah Desa Blang Malo, Kebun Nilam, Ulee Gunong, Neubok Badeuk, Pulo Seunong dan Pulo Mesjid. Sedikitnya 21 unit rumah hilang terbawa arus banjir dan 23 unit lainnya rusak parah. 


Sumber kutipan: www.kompas.com dan  www.mediaindonesia.com

Diberdayakan oleh Blogger.

Pengikut