Foto Media Indonesia |
Mereka berharap ada bantuan ekonomi guna memenuhi nafkah setelah masa tanggap darurat berakhir.
"Barang-barang kami sudah hilang terbawa banjir. Hanya ada
satu selimut, padahal saya mengungsi bersama anak-anak. Sampai saat ini
belum ada bantuan selimut. Tikar pun sudah basah terkena hujan," ujar
Nurbaiti (50), warga Blang Maloe, yang mengungsi di areal pengungsian
Puskesmas Blang Maloe, Selasa (28/2/2012).
Di areal belakang
Puskesmas Blang Maloe dibangun sebuah tenda pengungsian yang dapat
memuat 22 orang oleh Dinas Sosial Pidie sejak Minggu lalu. Namun, sejak
Senin kemarin tenda tersebut kosong dan hanya menjadi tempat bermain
anak-anak. Kaum perempuan dan anak-anak pengungsi yang semula tinggal di
tenda tersebut memilih pindah ke rumah-rumah warga terdekat. Pasalnya,
lantai tenda basah, sementara jumlah tikar tak memadai.
"Banyak
anak-anak dan orangtua di sini. Di tenda dingin dan tikar tidak cukup.
Banyak yang masuk angin. Yang paling kasihan yang balita. Walaupun harus
berjejalan para pengungsi ini terpaksa saya tampung di rumah saya,"
ujar Nurjani (42), warga Blang Maloe.
Untuk kebutuhan makan dan
minum, para pengungsi sudah mendapatkan cukup bantuan dari dapur-dapur
umum yang dibuka di dekat pengungsian. Selain dari Dinas Sosial Pidie,
dapur umum itu juga diupayakan oleh Palang Merah Indonesia, sejumlah
perusahaan perbankan, dan kepolisian setempat.
Berdasarkan data
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pidie, ada 37 rumah yang
hilang dan rusak berat dalam bencana banjir bandang Tangse yang terjadi
Sabtu (25/2) lalu. Para penghuninya kini terpaksa mengungsi.
Selain
itu, ada 287 rumah yang rusak ringan. Namun menurut Sekretaris Daerah
Kabupaten Pidie, M Iriawan, jumlah keluarga yang mengungsi lebih dari
jumlah rumah yang rusak atau hilang. Mereka berasal dari Blang Malo (350
kepala keluarga atau 1,400 jiwa, Alue Calong (193 keluarga atau 803
jiwa), Blang Seuke (215 keluarga atau 953 jiwa), Desa Blang Maloe serta
Pulo Pante (149 jiwa atau 45 KK).
Sebagaimana kita ketahui akibat banjir bandang serta tanah longsor yang melanda sebagian besar
kawasan Kecamatan Tangse, Sabtu (25/2) sekitar pukul 06.00 sore,
mengakibatkan tiga kecamatan terisolasi dari Kota Sigli, ibukota
Kabupaten Pidie, Aceh.
Kawasan yang terisolasi itu adalah Kecamatan Tangse, Mane, dan Kecamatan Gempang. Berdasarkan pantauan Media Indonesia, Minggu (26/2), dari jumlah 27 desa di Kecamatan Tangse, 22 desa di antaranya masih terisolasi.
Kawasan yang terisolasi itu adalah Kecamatan Tangse, Mane, dan Kecamatan Gempang. Berdasarkan pantauan Media Indonesia, Minggu (26/2), dari jumlah 27 desa di Kecamatan Tangse, 22 desa di antaranya masih terisolasi.
Sementara kawasan paling parah dilanda bencana banjir bandang tersebut adalah Desa
Blang Malo, Kebun Nilam, Ulee Gunong, Neubok Badeuk, Pulo Seunong dan
Pulo Mesjid. Sedikitnya 21 unit rumah hilang terbawa arus banjir dan 23
unit lainnya rusak parah.
Sumber kutipan: www.kompas.com dan www.mediaindonesia.com